Live Selling, AR Filter, dan AI – Tren Social Commerce Paling Hot di 2025

Social commerce berkembang pesat di tahun 2025. Perubahan ini didorong oleh tiga teknologi utama, yaitu live selling, AR filter, dan kecerdasan buatan atau AI. Perusahaan yang tidak beradaptasi bisa tertinggal jauh dari kompetitor yang sudah mulai memanfaatkan ketiganya.
Tren belanja online kini bukan sekadar scroll dan klik. Konsumen mencari pengalaman yang interaktif, real-time, dan personal. Teknologi baru membuat proses jual beli semakin engaging.
Yuk kita bahas bagaimana live selling, AR filter, dan AI menjadi kombinasi mematikan dalam dunia social commerce!
1. Live Selling – Belanja Real-Time yang Mengubah Game
Live selling menjadi ujung tombak social commerce. Format video langsung ini membawa pengalaman belanja yang lebih nyata dan dekat dengan konsumen.
Tren ini melesat lewat platform populer seperti TikTok Shop dan Instagram Live. Menurut data Influencer Marketing Hub, penjualan melalui TikTok Shop meningkat 168% sepanjang 2024. Instagram Live juga mencatatkan kenaikan engagement hingga 70% dibandingkan konten statis.
Fitur Canggih Live Selling
Fitur live selling kini makin canggih. Ada chatbot berbasis AI yang menjawab pertanyaan penonton secara otomatis selama sesi berlangsung. Penjual juga bisa menampilkan produk secara berdampingan dalam satu layar, memberi pengalaman visual lebih lengkap.
Teknologi ini bikin proses pembelian jadi cepat dan interaktif. Konsumen tidak perlu meninggalkan live untuk tanya harga atau warna produk.
Contoh Sukses Live Selling
Somethinc adalah brand kecantikan lokal yang aktif di TikTok. Mereka menjalankan kampanye flash sale dengan cara yang menarik. Diskon besar ditawarkan dalam waktu terbatas saat sesi live berlangsung.
Strategi ini menciptakan rasa buru-buru pada penonton. Mereka tidak mau ketinggalan harga spesial yang hanya tersedia beberapa menit. Tim Somethinc juga aktif mengobrol dengan audiens. Mereka menjawab pertanyaan dan membuat tantangan seru selama live. Ini bikin penonton betah dan terlibat lebih lama.
Hasil akhirnya? Engagement naik dan penjualan ikut terdorong. Live selling jadi bukan sekadar promosi, tapi pengalaman belanja yang seru dan terasa personal.
2. AR Filter – Belanja Lebih Interaktif
Augmented Reality (AR) bukan sekadar gimmick. Kini, AR filter membawa belanja ke level yang lebih tinggi. Konsumen bisa mencoba produk secara virtual sebelum membeli.
Tren ini tak hanya populer di industri kecantikan. Retail furniture dan fashion juga mengadaptasinya dengan cepat. AR membuat pengguna merasa lebih yakin dalam keputusan membeli.
Virtual Try-On: Makeup hingga Furniture
Salah satu contoh sukses adalah filter virtual makeup di Instagram. Konsumen bisa melihat langsung bagaimana shade lipstick cocok di wajah mereka. IKEA juga meluncurkan fitur 3D untuk menempatkan furnitur secara virtual di ruangan pelanggan.
Dengan teknologi ini, pengalaman belanja jadi jauh lebih personal dan bebas keraguan.
Personalisasi Berdasarkan Gaya Pengguna
AR kini digabungkan dengan AI untuk menghasilkan rekomendasi produk berdasarkan gaya pengguna. Misalnya, jika pengguna suka gaya minimalis, maka filter akan memprioritaskan produk dengan tone serupa.
Pendekatan ini meningkatkan kenyamanan dalam memilih produk. Konsumen merasa “dibantu” tanpa tekanan promosi.
Turunnya Return Rate Hingga 40% Berkat AR
Menurut laporan Shopify, return rate turun 40% setelah integrasi AR. Hal ini karena konsumen bisa mencoba produk secara virtual sebelum checkout. Efisiensi ini bukan hanya menguntungkan pembeli. Penjual juga menghemat biaya logistik dan meningkatkan margin keuntungan.
AR filter telah menjadi jembatan antara pengalaman fisik dan digital. Ini membuat belanja online lebih menyenangkan dan efisien.
3. AI – Otak Cerdas di Balik Layar
AI adalah motor utama dari seluruh strategi social commerce. Teknologi ini menganalisis, memprediksi, dan mengeksekusi dengan akurasi tinggi. Brand yang mengadopsi AI bisa memahami perilaku pelanggan lebih dalam. Mereka mampu menciptakan pengalaman belanja yang personal dan relevan.
Rekomendasi Super Spesifik
AI membaca kebiasaan belanja hingga riwayat interaksi sosial media pengguna. Hasilnya? Rekomendasi produk yang sangat personal, bahkan terasa seperti tahu isi kepala kita. Pengalaman belanja pun jadi lebih relevan, tidak lagi random dan membingungkan.
Virtual Host 24/7
AI juga memungkinkan adanya asisten virtual yang jadi host live selling non-stop. Mereka bisa menjelaskan produk, menjawab pertanyaan, hingga memberi rekomendasi produk tanpa perlu kehadiran manusia. Efisiensi ini cocok untuk brand dengan audiens internasional atau jam tayang luas.
Deteksi Tren Sebelum Viral
Salah satu fitur unggulan AI adalah kemampuannya memprediksi tren. Dengan menganalisis jutaan data dari media sosial, AI bisa mendeteksi produk mana yang akan viral. Brand bisa memanfaatkan insight ini untuk menyiapkan stok dan strategi sebelum kompetitor meliriknya.
AI bukan sekadar alat bantu. Ia adalah strategi yang wajib dimiliki dalam bisnis digital saat ini.
Baca Juga Artikel: Fenomena Live Shopping, Tren Belanja Online Masa Kini yang Mengubah Pola Konsumsi
Kombinasi Ketiganya Jadi Masa Depan Social Commerce
Setelah mengenal live selling, AR filter, dan AI, bagaimana jika ketiganya digabungkan dalam satu pengalaman? Gabungan live selling, AR filter, dan AI menciptakan pengalaman belanja yang utuh dan mendalam. Ini bukan sekadar tren, tapi standar baru dalam dunia e-commerce.
Integrasi ketiganya sudah mulai diterapkan oleh beberapa brand besar. Misalnya, sesi live selling yang memungkinkan pengguna mencoba produk lewat AR filter, sambil berbicara langsung dengan AI chatbot.
UMKM juga mulai mengikuti tren ini. Platform seperti Canva AR dan Luma AI menyediakan tools murah dan mudah untuk pemula. Bahkan, hanya dengan smartphone dan kreativitas, siapa pun bisa bersaing di pasar online.
Social commerce masa depan adalah gabungan teknologi yang saling mendukung. Semua skala bisnis bisa ikut ambil bagian.
Apa yang Akan Datang Setelah 2025?
Teknologi akan terus bergerak cepat. Salah satu gebrakan besar yang diprediksi adalah hadirnya live selling di dunia metaverse. Dengan teknologi baru, pelanggan bisa berinteraksi langsung dengan produk lewat dunia digital.
Mari kita lihat fitur apa saja dari live selling di Metaverse!
- Konsumen bisa mencoba produk seperti baju atau furnitur secara virtual sebelum beli. Serasa masuk ke dalam toko, tapi lewat headset VR atau AR.
- Extended Reality bikin simulasi belanja makin real. Sementara blockchain bikin transaksi lebih aman dan transparan.
- Produk digital bisa dijual dalam bentuk NFT, jadi pelanggan punya koleksi unik yang nggak bisa diduplikasi.
- Brand bisa gelar flash sale atau peluncuran produk di dunia virtual. Jangkauan global, tanpa batasan lokasi.
Tantangan Live Selling di Metaverse
Salah satu isu terbesar dalam live selling di metaverse adalah risiko kebocoran data. Teknologi AR dan VR bisa merekam informasi sensitif seperti lokasi pengguna, perilaku, hingga biometrik. Jika data ini bocor, dampaknya bisa sangat serius.
Oleh karena itu, perusahaan harus mampu menjelaskan secara jelas dan sederhana bagaimana data dikumpulkan dan digunakan oleh sistem AI mereka.
Bagaimana Cara Memulai Social Commerce?
Live selling, AR, dan AI adalah kunci memenangkan persaingan social commerce 2025. Setelah mengetahui potensi dan tantangan dari semuanya, lalu bagaimana cara memulainya?
Jawabannya sederhana, yaitu adaptasi dari sekarang, sebelum terlambat. Dan untuk bisa adaptasi secara maksimal, tentu butuh partner digital yang paham medan.
Herco Digital Indonesia hadir untuk bantu bisnis kamu memaksimalkan potensi di era social commerce ini. Tim kami ahli dalam strategi konten, integrasi AI, hingga pengelolaan live selling yang engaging.
Ingin brand-mu naik kelas di dunia digital? Yuk, konsultasi bareng Herco Digital Indonesia. Kami siap bantu kamu menyesuaikan tren dan tumbuh lebih cepat di pasar yang terus berubah!